Beritabanten.com – Kasus intimidasi yang melibatkan seorang siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya berinisial EV (15) dengan Ivan Sugianto, orangtua dari siswa SMA Cita Hati Surabaya, terus mendapat perhatian publik.

Meskipun kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian, video berdurasi 1 menit 4 detik yang memperlihatkan aksi Ivan mengintimidasi EV baru viral di media sosial dalam dua hari terakhir.

Dalam video yang tersebar luas, Ivan terlihat datang bersama beberapa orang, langsung mengarah ke EV yang sedang berada di area sekolah. Tanpa penjelasan lebih lanjut, Ivan marah dan memaksa EV untuk bersujud dan menggonggong, sembari meminta maaf.

Situasi ini membuat ayah EV, Wandharto, mencoba menghalangi anaknya dari tindakan tersebut, namun ia justru mendapat intimidasi dari pria berkaus merah yang bersama Ivan.

Ira Maria, ibu EV, mengungkapkan kekecewaannya terkait perlakuan yang diterima anaknya. Menurutnya, EV telah dituduh mengolok-olok Ex, anak Ivan, dengan kata-kata yang tidak benar. Ira menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar, karena sebelumnya EV sudah meminta maaf secara pribadi kepada Ex.

“Tidak ada ungkapan penyebutan nama ‘pudel’ (poodle) seperti yang dituduhkan. Bahkan anak saya tidak pernah menyebut nama anjing,” jelas Ira saat ditemui di kediamannya, Selasa (12/11/2024).

Ira juga menceritakan kronologi kejadian yang bermula pada 19 Oktober 2024, ketika EV menerima pesan ancaman dari Ex. Dalam pesan tersebut, Ex menuntut permintaan maaf secara tertulis di atas materai dan video. Ira menegaskan bahwa ia melarang EV merespons ancaman tersebut, karena keduanya masih di bawah umur.

Pada 21 Oktober 2024, Ira yang berniat menjemput anaknya di sekolah, justru menemukan situasi yang memanas. Ivan datang dengan emosi tinggi dan memaksa EV untuk meminta maaf dengan cara yang sangat merendahkan. “Kami berusaha berbicara secara baik-baik, namun Ivan langsung marah dan meminta anak saya untuk sujud dan menggonggong,” kata Ira.

Meskipun merasa terguncang, Ira akhirnya memutuskan untuk membiarkan anaknya meminta maaf dengan cara yang diminta, berharap permasalahan ini bisa segera selesai. Namun, saat berada di ruang mediasi dengan pihak sekolah, Ivan kembali menuntut hal yang sama.

“Di sini saya merasa gagal sebagai orangtua, membiarkan anak saya harus melakukan itu,” kata Ira dengan perasaan berat.

Sementara itu, ayah EV, Wandharto, mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya tidak ingin memperpanjang masalah ini. Namun, karena adanya pihak-pihak yang mencoba memutarbalikkan fakta, ia merasa perlu untuk membuka suara.

“Sebenarnya kami tidak ingin menanggapi ini semua, karena kami ingin menenangkan diri. Namun belakangan ini ada pihak yang mencoba memutarbalikkan fakta. Dan di sini saya harus bicara sesuai fakta dan bukti yang ada,” tandas Wandharto.

Kasus ini semakin menarik perhatian setelah video yang beredar di media sosial menunjukkan intensitas intimidasi yang dirasakan oleh EV. Pihak berwenang kini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini. (Nbl)

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News Beritabanten.com