GeBeritabanten.com – Universitas Pamulang atau UNPAM adalah satu-satunya perguruan tinggi yang menggunakan nama kecamatan. Boleh jadi di tingkat global, tapi yang jelas di tanah air banyak yang menggunakan nama kota terkenal dan besar.

Sebut saja UIN Jakarta, UIN Serang, Universitas Muhammadiyah Jakarta dan masih banyak lagi. Tapi UNPAM sandarkan pada nama Pamulang.

Dia adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang Selatan dan pernah jadi lokasi kantor Pemerintahan Kota Tangsel sebelum berdiri megah di Jalan Maruga Raya di Ciputat.

Boleh jadi pernah jadi ibu kota Tangsel sebabkan pemdirinya Darsono untuk membangun perguruan tinggi bagi semua kalangan itu.

Darsono adalah sosok gigih yang telah melahirkan karya dikenang orang, SMK Sasmita Jaya, Perumahan Sasmita dan terakhir UNPAM.

Dia bukan gunakan cara sulap, tapi meniti dari krikil, diramu dengan keuletan dan kesabaran. Puluhan tahun jatuh bangun mendirikan SMK Sasmita Jaya membuatnya bisa hadirkan UNPAM.

Darsono meninggal dunia pada hari Jumat 31 Desember 2022 adalah pria asal Yogyakarta yang mempunyai impian mendirikan perguruan tinggi yang murah dan terjangkau.

Dia pernah dilarang sekolah oleh ayahnya, namun terus meniti belajar hingga jadi alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Darsono memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan modal dengkul. Dia melakukan berbagai pekerjaan guna menyambung hidup.

Dari menjadi buruh pembuat batu bata, Office Boy (OB), berjualan barang elektronik, dan lainnya. Semua ini dilakukannya demi mewujudkan impiannya.

Cerita banyak orang dia pernah melakoni usaha unik membeli beras dari PNS untuk selanjutnya dijual tanpa keuntungan lebih. SMK Sasmita Jaya sendiri masih terkenal sebagain tempat ramah bagi siapa saja untuk belajar.

Sekitar tahun 2000, Darsono putuskan tegad untuk membuat sebuah perguruan tinggi yang murah.

Pertalian Generasi

Alumni SMK Sasmita Jaya berjumlah puluhan ribu dengan melahirkan generasi selanjutnya yang sekolah di sana. Bahkan kini kemungkinan jadi mahasiawa UNPAM.

Perumahan Sasmita Jaya juga ada yang pernah dicicil tukang baso dengan sistem mandiri. Tumpukan bukti setornya menggunung, karena tukang baso bayar setiap minggu dengan jumlah berbeda-beda.

Untuk ukuran zamannya, UNPAM menjadi jawaban ketika pendidikan di negeri ini mahal. UNPAM, maaf, diplesetkan jadi Universitas Murah. Ikonik tapi inspiratif.

Bahkan karena biaya yang beda jauh dari perguruan tinggi di Kota Serang, UNPAM jadi bulan-bulanan untuk menyesuaikan biaya kuliah.

“Mahasiswa kita bisa habis,” kira-kira begitu alasan penolakan beberapa perguruan tinggi di Kota Serang untuk UNPAM di Kota Serang. Tapi tetap berjalan karena niatnya satu, jadi tempat bagi banyak orang, berbagai kalangan dan daerah.

Kembali pada proses awal UNPAM, perekrutan mahasiswa jadi pintu rezeki banyak orang. Biaya murah bisa dicicil dan bagi siapa saja dapat mencarikan mahasiswa diberikan insentif.

Lagi-lagi semangat pemerataan jauh sebelum ramai slogan pendidikan inklusif atau sekolah rakyat jadi andalan Prabowo. Rakyat yang tidak mampu menembus tembok mahalnya pendidikan dapat solusi.

Niat awal terbangun dari bawah oleh yang biasa saja. Darsono sering kagetkan tukang bangunan megah UNPAM karena sangat sederhana, Bercelana pendek dengan kaos oblong dan sangat ramah pada semua orang.

Inilah semangat yang tersisa.dari bangunan megah UNPAM di Pamulang dan Setu sekarang. Keduanya jadi perusuh pengguna jalan.

Wisuda yang hampir tiap minggu bisa kalahkan kawasan Ciputat waktu UIN Jakarta gelar wisuda. Raja macet di depan UNPAN di Setu sempat jadi diskusi alot, tapi tetap saja wisuda jalan.

Semangat UNPAM adalah biasa saja dari orang luar biasa tapi tetap sederhana dan tentu saja untuk pendidikan semua orang di Indonesia. (Red)

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News Beritabanten.com