Beritabanten.com – Anda penggemar emping dalam kudapan sehari-hari jangan melupakan jerih payang tangan terampil di Kabupaten Lebak. Dia adalah Eros (55 tahun), pelaku UMKM emping melinjo “Eka Putri”, usaha yang ia rintis sejak 1997.

Jalan hidup warga Kecamatan Warunggunung itu menggantungkan hidupnya pada usaha emping. Ini bukan sekadar bisnis, ini adalah jalan keluar dari kemiskinan bagi banyak warga di sekitarnya.

“Dari petani melinjo, pemanjat pohon, penampung, hingga tukang ojek, semua ikut merasakan manfaatnya,” kata Eros, dikutip dari republika, Senin 11 Agustus 2025.

Kata dia, hampir setiap rumah terlibat dalam produksi emping sebagai cara ampuh untuk memutus mata rantai kemiskinan di daerahnya.

Bahan baku melinjo yang melimpah, membuat sekitar 50 unit usaha di Warunggunung mampu memproduksi hingga 2–3 ton emping per bulan. Prosesnya masih tradisional, menjaga cita rasa gurih, renyah, dan beraroma khas yang tak bisa ditiru pabrik.

Pasarnya pun meluas. Selain dipasok ke Banten, Jakarta, dan Bandung, emping Warunggunung sudah merambah Arab Saudi, Malaysia, hingga Jepang.

Eros mempekerjakan 15 orang di unit usahanya. “Kalau dihitung, perputaran uang dari emping di sini bisa miliaran rupiah setahun,” kata Eros dengan bangga.

Begitu juga pelaku UMKM kerupuk emping melinjo lainnya, Eria (50), warga Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak. Ia mengatakan, sudah 25 tahun menggeluti usaha ini dan masih bertahan hingga menyerap tenaga kerja puluhan orang.

“Kami bisa menghasilkan omzet tergantung permintaan pasar sekitar Rp60-80 juta per bulan,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Lebak mencatat, ada sekitar 2.500 unit usaha emping melinjo yang aktif berproduksi. Menurut Plt Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Imam Suangsa, pihaknya terus mendorong peningkatan mutu agar emping Lebak semakin menembus pasar domestik dan mancanegara.

“Emping bukan hanya camilan, tapi bukti produk lokal bisa menjadi motor penggerak ekonomi desa dan mengurangi kemiskinan ekstrem,” ujarnya.

Di tengah derasnya arus produk industri, emping melinjo Warunggunung tetap bertahan dengan identitasnya sederhana, tradisional, dan sarat cerita perjuangan. Dari butiran melinjo yang dipetik di pekarangan, hingga tersaji di meja makan ribuan kilometer jauhnya, emping ini membawa pesan kemandirian dan gotong royong masih menjadi resep mujarab untuk keluar dari kemiskinan.

Harganya berkisar Rp85.000 per kilogram untuk emping original, sementara kaceprek aneka rasa seperti pedas, manis, hingga original mencapai Rp120.000 per kilogram.(Red)

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News Beritabanten.com