Beritabanten.com – Popularitas genre musik asal timur tengah gambus di tanah sudah terjadi puluhan tahun. Bahkan ditengerai ratusan tahun.
Ini karena interaksi warga arab dengan warga pribumi terjadi jauh sebelum kemerdekaan. Terutama kebiasaan kepergian ke tanah suci yang berlanjut pada pertukaran budaya dan ilmu pengetahuan.
Musik yang mengandalkan ketukan mendayu-dayu, petikan gitar dan suara melengking tersebut menjadi daya tarik publik tanah air.
Belakangan kita banyak menemukan dalam genre musik dangdut kople bahkan ada istulah jedat-jedut, di mana suara hentakan dan ketukan gendang yang keras.
Jusul lagu magadir yang paling terkenal adalah gambaran betama musik gambus digandelrungi publik tanah air.
Meaki di daerah asalnya digunakan dalam pesta dengan sajian khas tarian perut, tapi di tanah air kesan religi lebih kental.
Itulah musik gambu jadi sumber pembentukan grup rebana yang banyak hadir menyertai acara keagamaan.
Termasuk juga pesta pernikahan yang kontras dengan penampilan musik dangdut dengan penampilan penyanyi, gayangan dan kebiasaan nyawer (memberi uang penyanyi).
Kehadiran musik gambus dalam resaepsi penikahan tersebut sebagai paduang budaya memperkuat bangunan ketaatan beragama Islam.
Karena penampilan gambus tidak dalam suasana dan kebiasaan yang kurang disetujui berdasarakn nilai luhur agama.
Pantauan media, Grup Gambus Eljeehar yang sedang tampil acara pernikahan di Pesantrean Siruju As-Saadah sangat kental suasana keagamaannya.
Pesantren itu terletak KP, Jl. Bojong Baraja, RT.1/RW.6, Haurpugur, Kec. Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40394.
Penyanyinya bernama Aisyah mengaku kesan keagamaan dalam gambus adalah adaptasi gambus dengan pesantren.
“Kan judul lagunya juga banyak nilai agama, seperti sholawat dan lainnya. Masih banyak ko peminatnya,” demikian Aisyahe (Red)
Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News Beritabanten.com


Tinggalkan Balasan