Beritabanten.com – Jalan Saya Serpong yang membelah Pasar Serpong di Kecamatan Serpong menjadi tidak nyaman jika kereta melintas pada jam sibuk kerja. Kawasan itu tampak kumuh dan macet ketika redaksi melintasinya pada hari ini Kamis sore 19 September 2025.
Pedagang kaki lima mengambil bahu jalan dengan leluasa yang membuat pembeli bersepeda motor dengan tanpa dosa parkir di bahu jalan tersisa.
Dalam raungan bunyi sirine tanda kereta melintas, panampakan kumuhnya makin terasa. Barang daganggan dengan luasa diletakkan di bahu jalan yang sedianya bisa digunakan oleh para pengguna.
Selian itu, Jalan Serpong Raya tersebut dibelah dengan pembatas jalan dari Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan yang pada gilirannya jadi sempit.
Pasca kereta KRL selesai lewat, Anda dengan mudah menemukan aksi saling srebot antar pengendara, baik roda dua, roda empat bahkan grobak dagangan PKL.
Lintasan jalur tersebut makin dibuat tidak nyaman dengan kamacetan yang lahir karena angkot ngetem di bibir jalan, mengambil separuh lebih bahu jalan.
Itu ditambah dengan keberadaan pertigaan jalur masuk ke ruko yang memungkinkan terjadi kemacetan jika ada kendaraan keluar.
Pantauan media, salah satu mobil pengangkut motor bermerk Honda hendak keluar dari ruko dengan luas bahu jalan yang terambil angkot parkir liar.
Tak ayal, kondisi tersebut membuat klakson bunyi serentak, keras memekkan telinga semua orang. Sementara supir angkot yang duduk di kursi kendali bagian depan tampak santai tanpa dosa menunggu penumpang naik.
“Hai angkot, angkot hai,” kata pengguna kendaraan motor memanggil supir angkot agar segera menjalankan mobilnya. Supir angkot tidak bergeming dengan posisi kepala nunduk tanpa ekspresi bersalah.
Kondisi tersebut menjadi salah satu perhatian penting Pemkot Tangsel untuk ditata lebih baik. Bahkan Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan pernah menyamar sebagai pembeli di pinggir jalan untuk merasakan langsung kondisi kesan kumuh dan macet di kawasan tersebut.
Namun, Pilar menyampaikan pada media waktu itu tetap akan melakukan upaya persuasif dengan pendekatan sosial budaya yang sarat unsur kemanusiaan.
“Pada prinsipnya mereka setuju-setuju saja, harapannya penataan ini bukan mematikan usaha mereka. Kita melakukan penataan dengan melakukan relokasi pedagang dari yang sebelumnya jualan di bahu maupun badan jalan masuk ke dalam Pasar Serpong. Jadi secara ekonomi pedagang tidak dimatikan. Mereka masih tetap bisa dagang hanya saja tempatnya dipindahkan,” pungkasnya, kata Pilar pada media, Rabu 29 Agustus 2025. (Red)
Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News Beritabanten.com
Tinggalkan Balasan